Sakit maag, berbahayakah…?

Sakit Gastritis / penyakit maag adalah salah satu penyakit perut yang diderita oleh banyak orang. Banyak yang tidak mengetahui bahwa penyakit maag dapat sangat mengganggu ketika sudah sangat parah. Penyakit maag adalah penyakit yang menyerang lambung, gejalanya seperti mual, perut terasa perih dan kembung. Masyarakat umum menyebutnya sakit maag sedang dalam dunia kedokteran di sebut gastritis.

dr. Riko Saputra mengatakan bahwa Gastritis / maag adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan atau pengikisan. Berdasarkan jangka waktu perkembangan gejala, gastritis dibagi menjadi dua, yaitu akut (berkembang secara cepat dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang secara perlahan-lahan).

dr. Riko Saputra, dokter intesip di UPTD Puskesmas Wonogiri 1

Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna untuk mencerna makanan. Untuk melindungi lapisan lambung dari kondisi radang atau pengikisan asam, sel-sel tersebut juga sekaligus menghasilkan lapisan “lendir” yang disebut mucin.

Pada kesempatan yang sama dr. Riko Saputra yang merupakan alumni dari UNS Surakarta, menjelaskan secara rinci Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak. Adapun beberapa gejala gastritis di antaranya Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung, Hilang nafsu makan, Cepat merasa kenyang saat makan, Perut kembung, Cegukan, Mual, Muntah, Sakit perut, Gangguan saluran cerna, BAB dengan tinja berwarna hitam pekat, Muntah darah.

Adapun Penyebab Gastritis di antaranya Infeksi bakteri H. pylori, Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen dan aspirin) secara berkala, Stres, Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, Penyalahgunaan obat-obatan, Reaksi autoimun, Pertambahan usia, Infeksi bakteri dan virus, Penyakit Crohn, Penyakit HIV/AIDS, Refluks empedu, Anemia pernisiosa, Muntah kronis

 Diagnosis Gastritis

Beberapa pertanyaan yang di ajukan kepada seorang pasien oleh dokter dalam mendiagnosis gastritis, mulai dari menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, hingga melakukan pemeriksaan lanjutan.

Beberapa contoh pemeriksaan lanjutan tersebut di antaranya adalah:

  • Tes napas guna melihat keberadaan bakteri H. pylori.
  • Endoskopi guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang untuk selanjutnya diteliti di laboratorium). Metode biopsi juga bisa diterapkan oleh dokter untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.
  • Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di dalam lambung.
  • Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam lambung.
  • Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita anemia.

Pencegahan dan Pengobatan Gastritis

dr. Riko Saputra mengatakan mencegah adalah hal yang baik dari pada mengobati maka jika anda rentan terkena gejala gastritis, cobalah untuk membagi porsi makan Anda ke jadwal makan baru. Sebagai contoh, jika sebelumnya Anda suka makan dengan porsi besar tiap jadwal makan, ubah porsinya menjadi sedikit-sedikit sehingga jadwal makan Anda menjadi lebih sering dari biasanya. Selain itu, hindari makanan berminyak, asam, atau pedas.

Hal lain yang perlu di lakukan apabila anda termasuk seseorang yang aktif mengonsumsi minuman beralkohol, maka kurangilah kebiasaan tersebut karena alkohol juga dapat menyebabkan gejala gastritis. Selain itu, kendalikan stres Anda.

Jika gejala gastritis sering kambuh setelah Anda menggunakan obat pereda sakit jenis anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) konsultasikan hal tersebut kepada dokter. Dalam kasus ini, dokter biasanya akan mengganti OAINS dengan obat pereda nyeri golongan lain seperti paracetamol.

Gejala penyakit gastritis bisa reda jika ditangani dengan benar. Ada beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter, di antaranya:

  • Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Salah satu contoh obat penghambat histamin 2 adalah ranitidine.
  • Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki kinerja yang sama seperti penghambat histamin 2, namun lebih efektif. Salah satu contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole.
  • Obat antasida. Obat ini mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara cepat dengan cara menetralisir asam lambung.
  • Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang kondisinya diketahui disebabkan oleh infeksi bakteri. Contoh obat antibiotik adalah amoxicillin, clarithromycin, dan metronidazole.

Komplikasi Gastritis

Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati. Beberapa di antaranya adalah Tukak lambung, Pendarahan di dalam lambung, Kanker lambung.

Berkaitan dengan bulan Ramadhan dr. Riko Saputra mengatakan bagi seseorang yang menderita sakit maag harus memperhatikan beberapa hal yaitu Jika memang punya sakit maag yang akut di sarankan untuk di tunda dulu dalam menjalankan ibadah puasa sampai kondisi membaik, Juga menghidari makan-makanan yang bersifat asam, pedas, kopi yang merangasang asam lambung, juga menghindari obat-obatan anti nyeri, apabila sedang kambuh saat sedang menjalankan ibadah Puasa sebaiknya saat berbuka atau saur dalam mengkonsumsi makanan jangan langsung dalam jumlah besar tapi sedikit demi sedikit. ( Red – ki surakso wodjo )

2 Comments

  1. Sangat setuju sekali apa di sampai teman 2x dari UPTD Puskesmas Wonogiri I. Puasa kebanyakan Masyarakat menggantikan olah raga dalam permaianan atau joging di lakukan menjelang berbuka puasa. Atau habis sholat teraweh .terutama yg senang olah raga bulutangkis atau Futsal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *