Pengembangan Kompetensi Pegawai dengan Pelatihan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Pada tanggal 26 September 2023, UPTD Puskesmas Wonogiri I melakukan kegiatan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebagai salah satu upaya pengembangan kompetensi karyawan. Kegiatan ini di ikuti oleh seluruh karyawan UPTD Puskesmas Wonogiri I. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terdiri dari penyampaian materi oleh Dedy Septianto, S.Kep, Ners dan Praktek BHD.

BHD adalah Pertolongan pertama yang dilakukan pada korban henti jantung atau henti napas sebelum ditangani oleh tenaga medis atau rumah sakit.

Tahapan BHD :

SAFETY -> PERIKSA RESPON -> PANGGIL BANTUAN, BAWA AED -> LIHAT PERNAFASAN -> 30 PIJAT DATA -> 2 PERNAFASAN BUATAN -> RESPON SPONTAN ? ->

LIHAT PERGERAKAN DADA : JIKA ADA BERARTI POSISI MANTAP , JIKA TIDAK ADA MAKA BERIKAN BANTUAN NAFAS SETIAP 10-12 x/mnt

DANGER

Ketika kita menemukan korban, pastikan :

  1. AMAN DIRI (penolong)
  2. AMAN KORBAN
  3. AMAN LINGKUNGAN

RESPONSE

Cek Kesadaran :

  1. Panggil Korban

Teriak “bangun pak/bu” atau buka mata pak/bu

  1. Tepuk Bahu
  2. Rangsang Nyeri

Bila Tidak Ada Respon :

Shout For help (Minta bantuan)

Tetap Bersama Korban -> Teriak Minta Tolong

Tetap bersama korban, gunakan handphone untuk panggil bantuan, aktifkan speaker untuk berkomunikasi dan mendengarkan instruksi tenaga kesehatan. Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta tolong dan  ambil AED (jika dapat tersedia segera) sebelum memulai RJP

CIRCULATION

Lakukan kompresi dada dengan ketentuan :

  1. Atur posisi korban

Korban telentang di atas permukaan yang kerasa dan datar

  1. Penolong berlutut di samping kanan korban
  2. Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada dengan telapak tangan di tumpuk dengan jari ditautkan

(Posisi tangan pada lower half of sternum)

  1. Perbandingan antara kompresi dada dan bantuan nafas 30:2
  2. Lakukan kompresi (Kedalaman 5-6 cm ke dalam dada)
  3. Kecepatan 100x/menit
  4. Dilakukan selama 5 siklus

BREATHING

Beri nafas buatan 2x

Dengan Volume tidal, dengan teknik :

  1. Mouth to mouth (mulut ke mulut)
  2. Mouth to Barrier Device (Mulut dengan penghalang/tisu/kain)
  3. Mouth to nose (mulut dengan hidung)
  4. Mouth to Stoma (mulut dengan lubang yang dibuat untuk memasukkan alat bantu nafas yang dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten)
  5. Bag Valve Mask (Masker bertekanan)

EVALUASI

Evaluasi dilakukan tiap 2 menit

  1. Jika napas (-)  dan nadi (-) à kompresi dan ventilasi 30:2
  2. Jika napas (-) dan nadi (+) à Ventilasi 10 kali/menit
  3. Jika napas (+) dan nadi (+) à beri recovery position

Kapan pijat jantung dihentikan ?

1.  Pasien sudah ada yang respon

2. Datang tim yang lebih ahli (advance)

3. Penolong kelelahan

4. Terdapat tanda kematian yang jelas

5. Do not Resuscitate/DNR (keluarga menolak untuk dilakukan tindakan resusitasi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Skrining Kesehatan Usia Produktif 15-59 Tahun melalui Posbindu

 

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini, kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

 

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini yang dapat dilakukan oleh posbindu PTM, maka dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok posbindu PTM yaitu

  1. Posbindu PTM Dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT), analisa lemak tubuh, pemeriksaan tekanan darah serta penyuluhan.
  2. Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran arus puncak ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan IVA serta pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya)

Kegiatan posbindu PTM menggunakan sistem 5 meja. Pelayanan sistem 5 meja terdiri dari :

  1. Meja 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan mencatat data individu pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa.
  2. Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM
    Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
  3. Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut
    Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali.
  4. Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana.
  5. Meja 5 : Konseling dan Edukasi.
    Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

  1. Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan penguku ran tekanan darah dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
  2. Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
  3. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan tersertifikasi.
  4. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
  5. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model) dan lainnya.

UPTD Puskesmas Wonogiri I memiliki 13 Posbindu yang pelaksanaanya setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.  Harapanya, skrining kesehatan terutama Penyakit Tidak Menular dapat terdeteksi melalui kegiatan Posbindu dna antusias masyarakat dapat meningkat.

 

 

 

 

 

 

 

Bulan Pemberian Vitamin A dan Penimbangan Serentak

Pemberian Vitamin A dan Penimbangan Serentak di Posyandu

 

Bulan penimbangan balita dan pemberian vitamin A yang sebelumnya direncanakan bulan Agustus menjadi mundur dan dilaksanakan selama Bulan Oktober 2023 merupakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi panjang dan tinggi badan pada balita usia 0 – 59 bulan secara serentak di masing-masing posyandu.

Penimbangan merupakan salah satu langkah awal yang penting guna memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita sekaligus mengedukasi orang tua balita terkaitan gizi pertumbuhan balita.

Selain itu pemberian vitamin A juga menjadi salah satu hal yang tidak boleh terlewatkan, karena vitamin A sangat penting untuk tubuh anak terutama mata. Jika kekurangan vitamin A, anak akan menjadi rentan terhadap penyakit.

UPTD Puskesmas Wonogiri I melakukan kegiatan penimbangan serentak dan pemberian Vitamin A di 75 Posyandu. Penimbangan dilakukan menggunakan antropometri modern yang sudah di distribusikan ke masing-masing Posyandu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan juga sebagai salah satu langkah pencegahan stunting.

Para ibu balita sangat antusias membawa balitanya ke Posyandu untuk dilakukan penimbangan dan pemberian Vitamin A. Harapannya antusias ini tidak hanya terjadi sekali saja, akan tetapi berkelanjutan rutin membawa anaknya datang ke Posyandu.

“Mari ajak balita ke posyandu secara rutin guna memantau tumbuh kembangnya serta menjaga kualitas kesehatannya salah satunya dengan pemberian vitamin A”