Parut Kepang Puskesmas Purwantoro 1

Inovasi Parut Kepang merupakan sebuah inovasi yang direncanakan oleh Pukesmas Purwantoro I dengan nama penanggung jawabnya adalah Ani Nurmaida, AMKL. Latar belakang inovasi ini adalah karena menurut Satori, dkk (2010), secara umum manusia menganggap sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaaannya mengganggu estetika lingkungan. Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat modern dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga menjadi penyumbang semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Tindakan penanganan dan pengelolaan sampah yang dilakukan selama ini belum menyentuh level penanganan sampah ditingkat bawah yaitu level rumah tangga. Sehingga, dalam rangka upaya penanganan sampah, Puskesmas Purwantoro I membuat sebuah inovasi bernama “Parut Kepang atau Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Peningkatan Ketahanan Pangan “. Kegiatan dari inovasi Parut Kepang ini memiliki beberapa tahapan yaitu : Sosialisasi dan koordinasi tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Dalam tahap ini, masyarakat akan diberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai jenis-jenis sampah, bahan apa saja yang dapat didaur ulang, serta cara-cara mendaur ulang sampah-sampah tersebut. Pelatihan pembuatan dekomposter sederhana, dalam tahapan ini, masyarakat akan diberikan pelatihan mengenai bagaimana cara untuk membuat dekomposter sederhana yaitu dengan berbagai cara : cara membuat dekomposter sederhana, cara membuat pupuk organic cair, cara mengaplikasikan POC di lahan pertanian, serta cara mengaplikasikan POC di pekarangan rumah. Monitoring dan Evalusi. Pada tahap ini, masyarakat mulai dilepas serta diberikan kesempatan untuk mencoba melakukan pengolahan limbah secara mandiri namun dengan tetap di monitoring agar dapat memberikan hasil maksimal. Selain itu, terdapat evaluasi yang dimaksudkan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang dirasa kurang maksimal agar kemudian dapat meminimalisir segala kekurangan dan melengkapinya dengan kelebihan. Dalam inovasi ini pun penjaringan ide didapat ketika melihat kondisi sampah organik rumah tangga dilapangan yang berdasarkan pada hasil survey Mawas Diri, masukan dari kader dan bidang desa, Studi Literatur, Studi Banding, yang kemudian dituangkan dalam program kerja petugas Pukesmas Purwantoro 1. Inovasi ini pun memiliki beragam tujuan dan manfaat diantaranya adalah : memudahkan masyarakat mendapatkan pupuk untuk di sawah atau di pekarangan rumah, mengurangi pembelian pupuk kimia 20-30%, meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil penjualan POC, menjadikan kegiatan yang bermanfaat bagi ibu rumah tangga, mengaktifkan peran ibu rumah tangga dalam menciptakan lumbung pangan, serta sebagai pendekatan ibu rumah tangga dalam penyediaan gizi rumah tangga secara mudah dan murah. Dampak yang dirasakan dari inovasi ini pun sangat beragam, yaitu : Mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk kimia, mengurangi biaya produksi pertanian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan gizi masyarakat, serta mencegah stunting. Oleh karena itu, diharapkan kedepannya inovasi ini tetap terjaga dan tetap dilaksanakan agar kemudian membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat dan bumi.

Nyedak Rondo UPTD Puskesmas Baturetno 1

Inovasi Nyedhak Rondo atau Nyetor Dahak Lorone (TBC) Ketondo merupakan inovasi yang didirikan oleh UPTD Pukesmas Baturetno 1. Adanya capaian penemuan suspek TBC pada TW.1 tahun 2019 yang kurang lebih hanya 10% 937) dari target SPM 100% (362) membuat Pukesmas Baturetno 1 berusaha untuk membuat sebuah inovasi dalam rangka menanggulangi permasalahan TBC di Kecamatan Baturetno, yang kemduian ditindaklanjuti dalam rakor lintas sector dan linprog hingga kerjasama dengan pihak desa/kader untuk bersama-sama mendukung tercapainya target SPM dalam rangka menuju tercapainya eliminasi TBC tahun 2050. Tuberculosis yang merupakan fokus permasalahan dari inovasi Nyedhak Rondo merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Microbakterium Tuberkulosis, dimana bakteri ini merupakan bakteri basil yang kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Umumnya, bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan ddengan bagian tubuh lainnya. Kasus TBC di Baturetno 1 pun suspek sebanyak 333 penderita. Program dari inovasi Nyedhak Rondo sebagai bentuk inovasi dalam penanganan kasus TBC di Baturetno 1 pun dengan mengirimkan dahak, maka proses skrining atau pelacakan dari penderita TBC akan dengan mudah ditemukan. Program ini juga melibatkan peran masyarakat melalui pembentukan kader TB daan pemberdayaan kelompok masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini pun memiliki alur yang memudahkan dalam proses kegiatan, diantaranya adalah : Sosialisasi program dan pelatihan kader TB. Sosialisasi ini dijalankan melalui surat serta melalui pertemuan yang dilaksanakan secara berkala. Selain itu, dalam pelatihan kader TB, dilaksanakan dengan merekrut kader TB kemudian memberikan pelatihan mengenai penjaringan suspek TB, kunjungan rumah, pengambilan dan pengiriman dahak. Pelaksanaan uji. Dilakukan dengan tim melakukan uji coba program (simulasi). Pelaksanaan program. Kegiatan point ke 3 ini dilaksanakan ketika hasil evaluasi terhadap uji program dinyatakan efektif dan efisien dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan memperoleh umpan balik pelanggan. Pelaporan. Pelaporan ini berupa tim pelaksana program akan melaporkan kasil kegiatan kepada penanggung jawab inovasi. Monitoring dan evaluasi. Inovasi Nyedhak Rondo pun memiliki berbagai manfaat dan tujuan yaitu : meningkatkan cakupan skrining terhadap penderita Tuberkulosis, meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam memberantas penyakit Tuberkulosis, mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberculosis, serta meningkatkan indeks kepuasan pelanggan pelayanan rawat inap di UPTD Pukesmas Baturetno 1. Diharapkan program ini terus berjalan sehingga dapat mencapai eliminasi TBC pada tahun 2050 mendatang.

KE SALON PAHAT (Kelas Calon Pengantin Sehat)

Inovasi Ke Salon Pahat atau kelas calon pengantin sehat merupakan sebuah inovasi yang dibuat oleh UPTD Pukesmas Bulukerto dalam rangka mencegah kematian ibu dan bayi sedini mungkin dengan melaksanakan serangkaian program seperti p4k (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi), promosi KB dan menghindari 4T dalam kehamilan (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu dekat jarak anak), pelaksanaan Antenatal Care (ANC), pemenuhan gizi ibu hamil, pelaksanaan kelas bagi ibu hamil sebagai wadah edukasi dan pemantauan terhadap ibu hamil, dan program-program lainnya. Kasus kematian pada ibu hamil yang terbilang tinggi pun cukup menimbulkan kekhawatiran bagi pasangan yang hendak menikah atau hendak memiliki keturunan sehingga membuat banyak pasangan tidak siap untuk menjalani pernikahan. Di Kecamatan Bulukerto sendiri kematian maternal dan perinatah mengalami peningkatan hanya dalam kurun waktu Bulan Januari-Bulan Juni 2019 telah terjadi kematian ibu dan bayi sebanyak 3 orang yang di dominasi oleh penyebab penyakit penyerta, sehingga UPTD Pukesmas Baturetno pun membuat inovasi tersebut untuk mencegah kematian ibu dan bayi. Bersama dengan KUA (Kantor Urusan Agama), inovasi Ke Salon Pahat pun dapat terealisasikan dengan tujuan utama memberikan edukasi sedini mungkin pada calon pengantin agar mampu mengupayakan kehamilan yang sehat dan mampu merencanakan persalinan yang aman serta mengerti dalam merencanakan KB yang baik. Alur pelaksanaan inovasi ini pun dengan melakukan sosialisasi dan penyuluhan dimana dalam pelaksanaannya melibatkan peran lintas program terkait seperti KIA yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan penyuluhan kespro serta seksual bagi pasangan calon pengantin serta pemeriksaan fisik, imunisasi yang memberikan skrining TT dan pelayanan suntik TT pada calon pengantin yang belum menerima imunisasi TT, laboratorium yang memeriksa golongan darah dan HB bagi pasangan calon pengantin, KB, dan Promkes dan petugas HIV AIDs yang memberikan penyuluhan kespro, HIV AIDs dan promosi posyandu balita. Kelas ini sangat memberikan edukasi kepada seluruh calon pengantin yang berada di wilayah UPTD Pukesmas Bulukerto dan dijadwalkan 2 kali dalam seminggu pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, inovasi ini diharapkan dapat mencapai tujuan dan manfaat yang diantaranya adalah : Menurunkan AKI dan AKB di UPTD Pukesmas Bulukerto, memberikan edukasi kepada seluruh calon pengantin di wilayah UPTD Pukesmas Bulukerto tentang kesehatan reproduksi dan kesiapan dalam merencanakan kelahiran dan jarak antara kelahiran berikutnya, serta agar terjalin program pencegahan masalah kesehatan yang terintegritas dengan lintas sector seperti Kantor Urusan Agama.

Kantong Seceting PUSKESMAS PARANGGUPITO

Inovasi Kantong Seceting merupakan salah satu inovasi di Kabupaten Wonogiri yang diinisiasikan oleh UPTD Puskesmas Paranggupito. Latar belakang terbentuknya inovasi Kantong Seceting ini diawali karena banyaknya kasus Stunting atau kekurangan gizi pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Paranggupito. Masalah Stunting ini terjadi karena ketidakseimbangan antara kebutuhan (zat gizi) dengan konsumsi (makan) karena Pola Asuh Gizi Anak (cara memberikan makanan yang tidak memadai) pada balita dan ibu hamil. Di Indonesia, permasalahan stunting ini masuk ke dalam salah satu dari lima Program Prioritas Nasional. Stunting harus ditangani dengan baik guna mewujudkan upaya pembangunan manusia yang berkualitas dalam generasi penerus bangsa. Di sisi lain, isu stunting juga menjadi isu global yang terjadi saat ini yang harus mendapatkan prioritas dalam upaya pencegahan dan penanganannya. Akibat tingginya kasus stunting yang terjadi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Paranggupito tersebut maka lahirlah inovasi Kantong Seceting (Ikan Tongkol Sebagai Pencegah Stunting) dengan pemanfaatan ikan tongkol dan ketela pohon, guna mengatasi permasalahan gizi buruk pada balita dan ibu hamil di Kecamatan Paranggupito. Langkah awal yang dilakukan UPTD Puskesmas Pracimantoro terkait pelaksanaan inovasi ini adalah pengadaan pertemuan lintas sektoral, selanjutnya melakukan koordinasi dengan perangkat desa Paranggupito untuk membahas pertemuan yang akan dilakukan bersama kader posyandu. Setelah itu pengadaan lounching program inovasi dengan pejabat terkait. Cara pembuatan Kantong Seceting ini sangatlah mudah, pertama mengumpulkan ketela pohon yang masih ada di dalam tanah. Kedua, kupas dan bersihkan singkong dan parut singkong menjadi bulir-bulir halus. Ketiga, bersihkan dan rebus ikan tongkol dengan menghilangkan durinya. Ketiga, siapkan bumbu-bumbu dapur untuk memasak singkong dan ikan tongkol seperti: bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, daun salam, dsb. Keempat, campur singkong dan ikan tongkol yang sudah dihilangkan durinya dengan bahan-bahan tersebut dan buat adonan menjadi bola-bola kecil. Kelima, goreng adonan dengan tepung roti dan kantong seceting siap untuk disajikan. Dengan adanya inovasi Kantong Seceting ini diharapkan mampu meningkatkan mencegah dan mengatasi kasus stunting yang ada di UPTD Puskesmas Paranggupito yang harapannya dapat menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam program pencegahan dan penanggulang stunting di Masyarakat dalam deteksi dini kasus stunting.

Kak Dedi PTM Puskesmas Pracimantoro 1

Inovasi KAK DEDI PTM merupakan salah satu Inovasi di Kabupaten Wonogiri yang UPTD Puskesmas Pracimantoro I. Latar belakang adanya inovasi ini adalah saat ini tren penyakit di Indonesia mengalami perubahan pola yaitu dari tren penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan tren PTM ini disebabkan adanya transisi epidemiologi, transisi demografi, dan transisi perilaku. Untuk yang paling sering terjadi adalah karena adanya transisi perilaku gaya hidup yaitu antara lain kurangnya aktivitas fisik, kurangnya konsumsi sayur dan buah, perilaku merokok serta minum minuman keras. Untuk menanggulangi tren PTM yang semakin meningkat pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat (Germas) Hidup Sehat. Kampanye Germas diharapkan menjadi upaya promotif yang sangat efektif dalam menanggulangi PTM. Adapun kegiatan Germas hidup sehat meliputi Akifitas Fisik, Konsumsi Buah dan Sayur setiap hari, dan Cek Kesehatan secara Rutin. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi tren tersebut dari kementerian kesehatan menggalakkan kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM. Dari kegiatan Posbindu PTM ini diharapkan bisa melakukan deteksi dini faktor resiko PTM dan melakukan upaya pencegahan dan penanganan penderita PTM melalui kegiatan pemeriksaan rutin baik tekanan darah maupun laborat sederhana, pemberian obat, dan kegiatan konseling faktor resiko. Untuk itu, Puskesmas Pracimantoro I mengadakan kegiatan inovasi PTM dengan KAK DEDI PTM atau Kartu deteksi Dini PTM. Untuk kasus PTM yang paling banyak terjadi adalah penyakit hipertensi sebesar 52% (data dari hasil kunjungan rumah PIS PK). Alur untuk menggunakan inovasi KAK DEDI PTM ini sangat mudah, yaitu hanya dengan mengisi kartu ini maka akan dapat dilihat dengan cepat apakah seseorang mempunyai faktor resiko untuk terkena PTM. Kegiatan inovasi KAK DEDI PTM ini meneruskan kegiatan PMI Wonogiri yang disponsori oleh PMI Amerika (Amcross) yang dulu sudah dilaksanakan, namun tidak bisa berlanjut karena kontrak dengan PMI Amerika sudah selesai. Jadi inovasi KAK DEDI PTM ini, UPTD Puskesmas Pracimantoro I berusaha membuat kartu deteksi dini dalam kegiatan Posbindu PTM. Adapun tujuan dengan diadakannya KAK DEDI PTM ini adalah melakukan deteksi dini terhadap faktor resiko penyakit tidak menular serta dihadapkan mampu memberikan manfaat sebagai salah satu dasar pembuatan kajian dalam upaya pencegahan dan pengurangan kasus Penyakit Tidak Menular di wilayah kerja UPTD Pracimantoro I. Kegiatan inovasi KAK DEDIPTM dilaksanakan setelah terbitnya Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri di tahun 2019. Hasil pengisian Kartu KAK DEDIPTM dilaporkan oleh petugas PTM puskesmas. Kemudian petugas puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasiil dari penilaian KAK DEDI PTM.